­

compartment of neglect

by - 07.20

Judulnya dari chatgpt btw. Lebih tepatnya gua mau ngomong tentang kotak 'ga peduli'. Banyak hal ternyata yang gua masukin ke sana, sampai gua akhirnya lupa. That's my coping mechanism. Gua iri, gua nangis, gua masukin ke sana. Gua ga ikut lomba, fomo, nangis, dan gua masukin lagi ke sana. Gua membandingkan pencapaian gua dengan orang lain, nangis, dan gua masukin ke kotak itu lagi dan lagi.

Sampai kapan ya hal ini terus berlanjut? Sampai kapan gua harus mengalami ini dan selalu iri sama pencapaian orang? 

Gua pernah ngomong jahat ke cowo gua gini, "i think if you break up with me, i would go to another country and living my best life there." Dan dia gak ngerasa iri. "I would envy if you work with NASA and travel to space," he said, so on - so on. How could that be possible? Mana mungkin gue kerja di NASA dan ke luar angkasa? Dan hal itu juga bukan interest gue.

Gimana ya? Gua gapernah ngerasa cukup? Dalam arti pencapaian gitu. Gua sedih banget rasanya kayak tiap tahun ada aja struggle yang harus gua lewatin.

Gua udah berdamai dengan pengalaman temen gue yang keren-keren dan pribadi mereka yang tau apa yang mereka mau serta kehidupan mereka yang udah mulai terarah. Udah ada yang ikut proyek dosen, ada yang magang gitu, ada yang commit ikut pengabdian masyarakat juga. Sedangkan gue bahkan untuk arah peminatan aja gue gak tau.

Gua gabisa lihat pencapaian gua dah haha. Abang gua ngirimin foto adik tingkat gua yang berhasil ke DPR buat 'questioning' kebijakan pemerintah. People are so cool. I know. And im a failure one hahaha. Kadang buat hal-hal gitu gua bakal kepikiran 2-3 hari dan masukin ke kotak ga peduli itu, selagi gua ga bersinggungan kehidupannya sama mereka. Yaudah.

Sama kayak temen2 angkatan gue yang udah lulus dan punya kehidupan yang ... keren. Kerja di perusahan keren dengan gaji di atas UMR Jakarta. Wow. Gua ngerasa tertinggal banget, tapi gue masukin ke kotak ketidakpedulian itu lagi. Toh gua ga bersinggungan lagi sama mereka.

Tapi cowo gue, gua gatau apa yang harus gua rasain dan tanggepin. Gua bingung hehe. Pengen ke psikolog gasih? Atau sebenarnya gua cuman perlu reassurance dari dia ya? Hahaha. Gatau deh

You May Also Like

0 komentar